Sudah pernah terkena stroke sekali dan merasa sekarang baik-baik saja? Hati-hati! Stroke bisa kambuh, dan nyatanya, stroke kedua justru lebih mematikan dibanding yang pertama.
Faktanya, banyak penyintas stroke mengira mereka sudah “aman” setelah pulih. Padahal, tanpa perubahan gaya hidup dan perawatan berkelanjutan, risiko stroke berulang bisa menghantui kapan saja.
Yuk, kita bahas lebih lanjut tentang risiko stroke kedua, mengapa bisa terjadi, dan bagaimana cara mencegahnya dengan tepat.
Apa Itu Stroke Kedua?
Stroke kedua adalah serangan ulang yang terjadi setelah seseorang sebelumnya pernah mengalami stroke. Ini bisa terjadi beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah stroke pertama.
Tapi jangan salah, risikonya tetap tinggi, terutama dalam satu tahun pertama setelah serangan pertama.
Menurut data medis, 1 dari 4 orang penyintas stroke bisa mengalami stroke kembali jika tidak menjalani pengobatan atau pencegahan yang tepat.
Bahkan, stroke kedua seringkali datang lebih cepat, lebih berat, dan lebih sulit dipulihkan.
Mengapa Stroke Bisa Terjadi Lagi?
Ada beberapa alasan kenapa stroke bisa kambuh:
1. Tidak Menjalani Pengobatan Secara Rutin
Banyak penyintas stroke berhenti minum obat setelah merasa “sembuh”. Padahal, obat pengencer darah, penurun tekanan darah, dan statin sangat penting untuk mencegah penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.
2. Gaya Hidup Tidak Berubah
Kalau setelah stroke pertama kamu masih suka merokok, jarang olahraga, makan tinggi lemak dan garam, maka risikonya sama saja. Stroke bisa datang lagi kapan saja.
3. Penyakit Penyerta Tak Terkontrol
Hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung adalah pemicu utama stroke. Kalau tidak dikontrol, peluang kambuhnya stroke makin besar.
Gejala Stroke Kedua yang Harus Diwaspadai
Sama seperti stroke pertama, gejala stroke berulang muncul tiba-tiba dan bisa mencakup:
- Wajah mencong saat tersenyum
- Lengan lemas di satu sisi tubuh
- Bicara cadel atau tidak bisa bicara sama sekali
- Penglihatan kabur atau ganda
- Pusing dan kehilangan keseimbangan
- Sakit kepala hebat secara mendadak
Kalau kamu atau orang terdekat mengalami gejala di atas, jangan tunggu gejala hilang sendiri. Segera cari pertolongan medis!
Pencegahan Adalah Kunci Utama
Kabar baiknya, stroke kedua bisa dicegah! Bahkan hingga 80% kasus stroke berulang bisa dihindari jika kamu menerapkan gaya hidup sehat dan pengobatan rutin.
Berikut beberapa langkah pencegahan stroke kedua yang bisa kamu lakukan:
1. Minum Obat Sesuai Resep Dokter
Obat yang diberikan setelah stroke bukan untuk disimpan di lemari. Harus diminum rutin agar mencegah pembekuan darah, menjaga tekanan darah, dan mengontrol kolesterol.
2. Pantau Tekanan Darah dan Gula Darah
Hipertensi dan diabetes adalah musuh utama otak. Rutin cek ke dokter dan pastikan angkanya tetap stabil.
3. Berhenti Merokok dan Batasi Alkohol
Rokok mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Alkohol juga memperburuk fungsi jantung. Jadi lebih baik dihindari sepenuhnya.
4. Ubah Pola Makan
Perbanyak konsumsi sayuran, buah, biji-bijian, dan ikan. Hindari makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula.
5. Rutin Olahraga
Tidak perlu berat, cukup jalan kaki 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke secara signifikan.
6. Kendalikan Stres
Stres yang berlebihan bisa memicu lonjakan tekanan darah. Lakukan relaksasi, meditasi, atau aktivitas yang bikin hati senang.
Siapa yang Paling Rentan Terkena Stroke Berulang?
Berikut kelompok yang paling rentan:
- Penyintas stroke sebelumnya
- Usia di atas 55 tahun
- Penderita hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi
- Perokok aktif
- Orang dengan gaya hidup pasif (sedentari)
- Orang dengan riwayat stroke dalam keluarga
Jika kamu masuk salah satu kategori di atas, sebaiknya mulai lebih disiplin dalam menjaga kesehatan.
Stroke kedua bukan hanya lebih berat, tapi juga lebih mematikan. Setelah stroke pertama, kamu diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki gaya hidup. Jangan disia-siakan.
Dengan pengobatan teratur, pola makan sehat, dan gaya hidup aktif, risiko stroke kambuh bisa ditekan hingga seminimal mungkin. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.